Cari

Jumat, 10 Januari 2014

Gizi Dalam Kebidanan

BAB I
Pendahuluan

1.      Latar Belakang
Ciri anak sehat dapat dilihat dari segi fisik dan tingkah lakunya. Anak yang sehat akan merasa senang apabila diajak bermain, periang, mempunyai tubuh yang proporsional, dan penuh dengan semangat. Ia pintar bersosialisasi dengan yang lain. Kesehatan tubuh anak sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi. Banyaknya zat-zat tidak baik yang masuk ke dalam tubh melalui makanan sangat mempengaruhi kesehatan. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga pola makan.
Setiap ibu mendambakan seorang anak yang sehat, namun beberapa dari mereka tidak mengetahui mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi seorang anak agar dapat berkembang dengan baik. Mereka hanya menyediakan makanan, yang seharusnya menjadi sumber gizi bagi tubuh, dengan kurang berhati-hati. Beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya
masalah yang timbul mengenai gizi buruk pada balita adalah faktor ekonomi, lingkungan, dan ketidaktahuan orangtua. Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kubutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati, pemenuhan gizi bagi anak tidaklah mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit. Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak,
sebagai contohnya, seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan, karena melihat teman temannya yang juga sedang jajan sembarangan.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak ke[ada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

2.      Rumusan Masalah
a.         Mengidentifikasi masalah gizi pada bayi
b.         Mengidentifikasi masalah gizi pada balita
c.         Mengidentifikasi masalah gizi pada remaja

3.      Tujuan
a.         Mengetahui masalah gizi pada bayi
b.         Mengetahui masalah gizi pada balita
c.         Mengetahui masalah gizi pada remaja




BAB II
Pembahasan

1.      Masalah Gizi pada Bayi

Gizi Bayi

A.                Pertumbuhan dan perkembangan

Dalam waktu setahun sesudah kelahiran, bayi normal akan bertambah berat badan sebanyak 3 kali lipat, sedangkan panjang badanya bertambah sebanyak 50% ( Worthington-Robert dan williams,2000 ). Jadi bila berat badan lahir 3 kg setelah 1 tahun berat badanya akan meningkat menjadi 9 kg. Seiring pertambahan berat badan juga terjadi pertmbahan panjang badan yang semula saat lahir 50 cm akan meningkat menjadi 75 cm. Makanan bayi dan zat gizi yang di kandungnya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan perkembangan psikososial. Enam bulan pertama kehidupan merupakan masa yang kritis untuk pertumbuhan otak yang di pengaruhi oleh pertumbuhan fisik secara keseluruhan. Tahap pematangan menentukan bayi untuk menerima makanan dan kemampuan untuk makan secara mandiri.
Pertumbuhan paling cepat dalam kehidupan terjadi selama 4 bulan pertama sesudah di lahirkan. Masa empat bulan hingga delapan bulan berikutnya merupakan masa transisi ke pola pertumbuhanyang lebih lambat. Pada usia delapan bulan tumbuh kembang bayi sama dengan usia 2 tahun. Penilaian pola tumbuh fisik merupakan cara utama untuk menetapkan status gizi bayi.

B.                     Berat badan dan panjang badan

Berat badan bayi waktu lahir di tentukan oleh riwayat kesehatan ibu. Berat badan ibu selama hamil dan penambahan berat badan selama hamil merupakan penentu penting berat badan bayi pada waktu lahir.
·      4 bulan -> 2 kali berat badan lahir
·      12  bulan -> 3 kali berat badan lahir
Panjang badan biasanya bertanbah sebesar 50% selama setahun pertama kelahiran. Rata – rata penambahan panjang badan adalah sebesar 25-35 cm.
C.                 Penilaian pertumbuhan

Bayi sehat di harapkan tumbuh dengan baik pertumbuhan fisik merupakan indikataor status gizi bayi dan anak. Pertumbuhan bayi hendaknya di pantau secara teratur.

D.                Perubahan pada komposisi tubuh

Selama pertumbuhan perubahan tidak hanya terjadi pada berat badan dan panjang badan tetapi  juga pada komponen-komponen jaringan tubuh.  Peningakatan berat dan pamjang badan serta pematangan rangka tubuh di sertai dengan perubahan dalam komposisi air, massa tampa lemak, dan massa lemak.
Air tubuh total dalam persen berat badan berkurang selama masa bayi, kurang lebih 70% waktu lahir menjadi 60% pada umur satu tahun. Penurunan air tubuh ini seluruhnya terjadi pada sel-sel ekstraseluler. Pada waktu yang sama air intraseluler meningkat sejalan dengan kecepatan pertumbuhan masa tubuh tampa lemak menjelang akhir tahun pertama.

E.                 Perubahan pada proporsi tubuh
                                       Peningkatan berat badan dan panjang badan tubuh disertai dengan perubahan berarti dalam proporsi tubuh. Proporsi kepala menurun sementar proporsi badan dan kaki meningkat. Pada waktu lahir berat kepala bayi kurang lebih seperempat berat badan total, pada waktu pertumbuhsn berhenti ( dewasa ) kepla merupakan seperdelapan dari panjang badan total. Setelah lahir hingga dewasa panjang kaki meningkat dari kurang lebih tiga perdelapan panjang tubuh bayi baru lahir menjadi kurang lebih setengah tinggi badan pada usia dewasa.
F.                  Perkembangan psikososial

      Agar perkembangan terjadi secara optimal sejak dini bayi hendaknya di beri makan segera setelah ia menyatakan lapar sehingga ia merasa bahwa kebutuhanya di penuhi. Kemampuan orang tua untuk mengartikan isyarat dan menawarkan bebagai pengalaman dalam pemberian makanan, akan menimbulakn hubungan antara orang tua dan bayi yang sehat. Bayi lahir dengan karektaristik yang mempengaruhi tabiatanya secara keseluruhan, ada bayi yang mudah tersinggung dan susah untuk di tenangkan dan ada bayi yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sebaiknya bayi berada dalam keadaan bangun dan tenang saat di beri makan, karena keadaan tenang dan bangun membantu interaksi antara orang tua dan bayi selama pemberian makanan. Pengenlan tanda-tanda bayi lapar dan kenyang merupakan dasar dalam mengembangkan hubungan anatra orang tua dan bayi yang baik sewaktu pemberian makan.

G.                Pencernaan dan absorpsi

            Perkembangan fisiologis saluaran cerna bayi bergantung pada berbagai faktor. Di dalam rahim saluran cerna janin berada dalam cairan amnion yang mengandung faktor- faktor fisiologis aktif, seperti faktor pertumbuhan, enzim-enzim dan imunoglobulin. ASI mengandung faktor pertumbuhan epiteldan hormion-hormon serta enzim-enzim cerna yang meningkatkan kemampuan bayi untuk mencerna dan mengabsorpsi makanan. Hal ini memegang peranan dalam diferensiasi sel-sel mukosa dan perkembangan saluran cerna, serta dalam kemampuan menelan dan kemampuan usus untuk bergerak. Pencernaan absorpsi pada bayi baru lahir membutuhkan:
·      Proses mengisap dan menelan yang terkoordinasi
·      Pengosongan lambung
·      Daya gerak usus
·      Sekresi-sekresi ludah, lambung, pankreas dan empedu hati
·      Berfungsinya saluran-saluaran cerna guna mensintesis enzim-enzim, mengabsorpsi zat-zat gizi, dan melindungi sel-sel mukosa
·      Pengeluaran sisa pencernaan.
Bayi lahir cukup bulan siap untuk mencerna dan mengasorbsi sejumlah zat-zat gizi yang di butuhkan untuk pertumbuhan normal yang berasal dari ASI atau susu formula. Kemampuan mencerna seorang bayi meningkat selama tahun pertama kehidupan.
Pemberian makanan akan merangsang pengeluaran berbagai jenis hormon yang berkaitan dengan gerakan dan pengembangan saluran cerna serta fungsi sel-sel pankreas. Lambung dan usus yang berkembang juga meningkatkan kemampuan bayi untuk menangani berbagai zat gizi dan tekstur makanan.
v    Fungsi saluran cerna
Gerakan esofagus pada bayi lebih lambat dari pada bayi dan anak yang lebih besar. Disamping itu pada bulan-bulan pertama kelahiran, spingter yang memisahkan esofagus dari lambung berada di atas diafragma dan tekananya lebih kecil. Pada awal kelahiran, pengosongan lambung lebih lambat dan gerakan usus kurang teratur. Hal ini sering menyebabkan arus balik, sehingga bayi mudah menyemburkan makanan dari mulut ( muntah ). Isi lambung yang semula meningkat sebanyak 10-12 ml, meningkat hingga 200 ml pada usia 12 bulan. Oleh sebab itu, bayi baru lahir membutuhkan makanan dalam porsi kecil namun sering si butuhkan.
Waktu transit dalam usus lebih lambat pada bayi di bandingkan pada usia dewasa. Hal ini memungkinkan pencernaan makanan dan absorpsi zat-zat gizi berjalan dengan baik pada bayi. Bayi mempunyai resiko yang meningkat untuk mengalami dehidrasi bila sisa makanan terlalu cepat melalui usus besar, sehingga reabsospsi air dan elektrolit dalam usus besar berkurang. 
v    Enzim

Sekresi enzim memungkinkan bayi mencerna dan mengasorpsi susu dan makanan lain yang di konsumsinya. Pencernaan dan absorpsi protein terbatas pada bayi yang di sebabkan oleh beberapa faktor:
·      PH lambung sedikit membatasi pencernaan protein
·      Konsentrasi enzim klimotripsin dan karboksipeptidase dalam usus halus hanya sebanyak 10-60% orang dewasa. Walaupun terbatas bayi dapat mencerna cukup protein yang berasal dari ASI atau susu formula.
Aktivitas lipase pankreas rendah pada bayi baru lahir. Hal dapat di atasi oleh lipase yang berasal dari ASI, lidah ( lingual lipase ) dan lambung. Lemak berasal dari ASI lebih mudah di absorpsi dari pada susu formula. Hal ini di sebabkan ASI dan kolostrum mengandung enzim lipasse yang pengeluaranya di rangsang oleh cairan empedu. Karbohidrat dapat di gunakan dengan baik oleh bayi. Aktivitas enzim-emzim maltase, isomaltase, dan sukrase mencapai tingakat aktifitas orang dewasa pada saat janin berusia 28 hingga 30 minggu. Laktase pada janin berusia 28 minggu masih rendah, Namun meningkat mendekati kelahiran. Amilase pankreas rendah atau sama sekali tidak ada hingga bayi berumur empat bulan. Amilase ludah yang terdapat dalam jumlah sedikit pada waktu lahir meningkat himngga tingkat orang dewasa sewaktu bayi berusia enam bulanhingga satu tahun. Kehadiran enzim-emzim glukosidase dan glukoamilase dalam sel-sel dinding usus halus ( brus border), memberi kemampuan pada bayi untuk mencerna pati dalam jumlah terbatas.
v    Fungsi Ginjal

Bayi yang baru lahir mempunyai ginjal yang belum bekerja dengan sempurna. Kemampuannya untuk memelihara keseimbangan air dan elektrolit hany berkisar pada batas asupan luaran dan masukan yang kecil.
Perkembangan fungsional nefron baru sempurana pada usia satu bulan, pada usia kurang lebih lima bulan. Kelenjar pituitari hanya mengeluarkan hormin antidieuretik ( ADH ) vasopresin dalam jumlah terbata, yang biasnya menghalangi diuresis. Faktor-faktor ini membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengentalkan urine dan untuk menghdapi stress cairan dan elektrolit yang di sebabkan oleh formula yang banyak mengandung elektrolit, asupan cairan yang terbatas dan diare.

H.                Angka kecukupan Gizi Bayi

Perkiraan kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi di lakukan dari pencatatan asupan bayi yang tumbuh normal dari kandungan zat gizi ASI. Karena pertumbuhan bayi menurun selama bagian akhir tahun pertama setelah lahir, ( AKG ) untuk bayi ditetapkan untuk dua periode enam bulan dari lahir hingga enam bulan dari tujuh bulan hingga sebelas bulan. AKG (2004) bayi 0-6 bulan dan 7-11 bulan.
Tabel Angka Kecukupan Gzi

Zat Gizi
Umur
0-6 Bulan
7-11 Bulan
Energi (kkal)
550
650
Protein (gram)
10
16
Vitamin A (RE)
375
400
Vitamin D (µg)
5
5
Vitamin E (mg)
4
5
Vitamin k (mg)
5
10
Tiamin (mg)
0,3
0,4
Riboflavin (mg)
0,3
0,4
Niasin (mg)
2
4
Asam folat (µg)
65
80
Piridoksin (mg)
0,1
0,3
Vitamin B12 (µg)
0,4
0,5
Vitamin C (mg)
40
40
Kalsium (mg)
200
400
Fosfor (mg)
100
225
Besi (mg)
0,5
7
Yodium (µg)
90
120
Seng (mg)
1,3
7,9
Selenium (µg)
5
10
Mangan (mg)
0,003
0,6
Fluor (mg)
0,01
0,4

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar ( RisKesDas) tahun 2007 (balitbangkes, Depkes RI, 2008), masalah gizi bayi di Indonesia cukup berarti, baik gizi buruk, gizi kurang maupun gizi lebih. Angka kematian bayi sejak lahir hingga usia ! tahun pada tahun 2007 tercatat sebanyak 84 dari 1000 kelahiran hidup ( Ministry of Health RI, 2009). Tiga besar penyebab kematian pada bayi berumur 29 hari sampai 11 bulan adalah diare, pneumonia dan meningitis/ensefalitis dengan proporsi secara berurut sebesar 31,4%, 23,4% dan 9,3%.
Persentasi bayi menurut status gizi (BB/U) dapat dilihat dalam tabel
Kelompok umur (bulan)
Kategori status gizi
Gizi buruk
Gizi kurang
Gizi baik
Gizi lebih
0-5
6,5
8,2
76,7
8,7
6-11
4,8
8,1
82,2
4,9

2.      Masalah Gizi pada Balita
Kelompok anak menurut usia di bagi dalam tiga golongan yaitu usia 1-3 tahun,  4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun di sebut  sebagai usia pra-sekolah, sedangkan usia 7-9 tahun sebagai usia sekolah. Laju pertumbuhan pada ketiga kelompok anak ini menurun di bandingkan dengan laju pertumbuhan-cepat pada waktu bayi. Selama masa ini, anak memperoleh ketrampilan yang memungkinkannya untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya sendiri. Perkembangan ketrampilan otot membuat aktifitas fisiknya meningkat.
Anak usia pra-sekolah belajar mengontrol fungsi tubuh, berinteraksi dengan lingkungan, dan berperilaku dengan cara yang  dapat di terima oleh lingkungan secara umum. Anak usia sekolah berusaha mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai-nilai pribadi. Perbadaan-perbedaan antar anak antara lain: tampak apda kecepatan tumbuh, pola actifitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian, dan asupan makanan.
Kebutuhan gizi antar anak berbeda, hal ini di pengaruhi oleh ukuran dan komposisi tubuh,pola aktifitas dan kecepatan tumbuh.
Masalah gizi dan masalah kesehatan anak
Masalah gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan besi, dan karies gigi. Kurang vitamin A ( KVA ), dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY ) juga masih merupakan masalah gizi pada anak-anak di indonesia. Banyaknya pengunaan bahan tanbahan makanan ( food addtive) seperti penambah rasa, zet pengawet, pewarna, dan pemanis perlu di waspadai karena sering di gunakan melebihi batas aman atau menggunaka bahan yang berbahaya untuk kesehatan. Bahan berbahay yang tidak di izinkan berupa bahan pewarna, misalnya rodamin yang sering di gunakan untuk pewarna makanan dan minuman, formalin untuk pengawet ikan, ayam dan tahu,serta boraks untuk mengenyalkan bakso.
Gizi Kurang, Gizi buruk dan gizi lebih
Status gizi anak usia balita di ukur berdasarkan umur (U), barat badan (BB), tinggi badan (TB). Prevalensi gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih yang di dasarkan pada indikator  menurut umur (BB/U). Pada balita dari tahun 1990 hingga tahun 2003. berdasarkan hasil survei susenas dari tahun 1998 hingga tahun 2000, ada penurunan prevalensi gizi buruk dari 10,1 % menjadi 7,53% dan gizi buruk dari 19,00 % menjadi 17, 13 %. Namun dari tahun 2001 hingga tahun 2005, prevalensi izi kurang, gizi buruk meningkat, prevalensi gizi buruk  yang pada tahun 2001 adalah 6,30% meningkat menjadi 8,81% pada tahun 2005, sedangkan prevalensi gizi kurang meningkat dari 19,80% menjadi 28,00%. Angka-angka ini menurun pada tahun 2007 (depkes RI, 2008), yaitu prevalensi gizi kurang 13,00%, dan gizi buruk 5,40%. Pada tahun 2010 , prevalensi gizi kurang  tetap ( 13,00%) sedangka gizi buruk turun menjadi 4,90%. Prevalensi gizi lebih pada balita di thun 2007 adalah 4,30% yang naik dari tahun 2003 yang besarnya adalah 2,24%. Pada tahun 2010 prevalensi gizi lebih naik menjadi 5,80% . indikator BB/U memberikan ganbaran tentang status gizi yang sifatnya umum dan tidak spesifik. 
Sedangkan  status gizi balita berdasarkan indikator TB/ U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, yang merupakan akibat keadaan kekurangan gizi dalam jangka waktu panjang misalnya karena kemiskinan, pola asuh yang tidak tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang. Indikator TB/U di nyatakan dalam tinggi badan normal, pendek dan sangat pendek. Balita yang termasuk  kategori sangat pendek ( stunting) pada tahun 2010 sebanyak 18,5% dan yang pendek 17,1% . apabila status pendek dan sangat pendek di gabung menjadi satu kategori masalah pendek, angkanya menjadi 35,6%, sehingga merupakan masalah nasional yang serius (kempkes RI, 2010).
Indikator lain yang di gunakan untuk menilai status gizi balita adalah BB/TB, yang menggambarakan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam jangka waktu pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Indikator BB/TB di gunakan untuk menyatakan kurus , sangat kurus dan gemuk. Menurut riskesdas 2010 ( kemkes RI, 2010), prevalensi sangat kurus (wasting-kritis) pada balita pada tahun 2010 adalah 6,0% dan prevalensi kurus (wasting-serius)adalah 7,3%, sedangkan prevalensi kegemukan adalah 14,0%. Status gizi anak (umur 6-12 tahun). Dengan prevalensi kurus pada anak laki-laki adalah 13,2%, sedangkan pada anak perempuan adalah 11,2%. Sedangkan prevalensi berat badan lebih gemuk adalah 10.7% pada anak laki-laki dan 7,7% pada anak perempuan.
Anemia gizi besi
Hingga saat ini belum ada data tentang prevalensi anemia gizi besi pada anak secara nasional. Data yang ada adalah prevalensi anemia secara umum. Hasil riset kesehatan dasar 2007 ( depkes RI, 2008) menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia 1-4 tahun adalah sebesar 27,7% dan pada anak usia 5-14 tahun sebesar 9,4%. Sebanyak 70,1% anemia pada anak usai 1-14 tahun adalah anemia jenis mikrositik hipokromik. Anemia mikrositik hipokronik di sebabkan kekurangan besi, penyakit kronis tingkat lanjut atau keracunan timbal.
Kurang vitamin A dan kurang yodium
Masalah gizi lain dindonesia menurut direktorat bina gizi masyarakat depkes RI ( 2006 ) adalah kurang vitamin A dan gangguan akibat yodium. Diantara 18 juta balita , sebanyak 10 juta penderita kuramg vitamin A subklinis. Sementara itu diatara 31 juta anak sekolah 3,4 juta berisiko menderita GAKY.
Balita dengan KVA   berisiko tinggi untuk mengalami gangguan pada mata yang pada tingkat berat disebut xeropthalmia, gangguan pertumbuhan , kulit menjadi kering Dan kasar, serta menurunnya tingkat kekebalan tubuh, sehinga mudah terserang infeksi. Untuk menanggulangi masalah KVA pemerintah memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 2 kali setahun. Sebanyak 71,5% anak usia 0-59 bulan menerima kapsul vitamin A.
Sedangkan untuk menanggulangi GAKY , pemerintah melakukan program iodisasi garam. Rumah tangga yang menggunakan garam cukup yodium( besar dari 30 ppm KIO3 ) ternyata baru 62,3%. Pencapaian ini masih jauh dari target nasional tahun 2010 yaitu minimal 90% rumah tanga menggunakan garam cukup yodium ( depkes RI , 2008 ).
Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit yang biasa ditemui pada anak –anak semua umur dengan berbagai tingkat ekonomi. Data tentang prevalensi karies gigi diindonesia belum tersedia. Seperti halnya dengan jaringan tubuh lain , gizi memegabg peranan penting falam pembentukan dan perkembangan gigi dan jaringan disekitarnya , dan mudah tidaknya terserang karies gigi. Susunan makanan ,kehadiran bakteri yang menghasilkan asam , dan kemampuan air ludah untuk bertindak sebagai buffer salimg berpengaruh dalam mengontrol atau menimbulkan karies gigi. Berbeda dengan tulang panjang yang senantiasa dalam keadaan membentuk dan memperbaiki , gigi tidak dapat memperbaiki diri sendiri. Begitu terjadi, ,erusakan gigi tidak dapat diperbaiki.
Karies gigi terutama disebabkan oleh terbentuknya karang gigi. Karang gigi digambarkan sebagai campuran lengket seperti agar yang menandung air, protein ludah , jaringan epitel dari mukosa mulut yang lepas dan bakteri. Bakteri karang gigi menggunakan energi yang diperoleh dari katabolisme karbojidrat untuk mensitesis berbagai zat beracun , termasuk enzim- enzim yang mempunyai kemampuan memecah email dan dentin dan merupakan prekursor produk- produk permentasi yang bersifat asam. Asam – asam dan enzim - enzim ini menyebabkan demineralisasi hidroksiapatit email gigi , yang diikuti oleh dekradasi proteolitik dan demiralisasi email dan dentin. Bakteri utama yang menyebabkan karang gigi adalah streptococcus mutans.
Email dalah bagian gigi yang keras berwarna putih yang menutupi dentin gigi. Dentin merupakan bagian utama gigi yang terdapat didalam email, yang lebih keras dan lebih padat dari tulang. Apabila suasana asam ( ph ) disekitarnya turun dibawah 5,5, bakteri menyerang gigi sehingga menjadi karies. Air ludah dengan ph antara 6,5-7 bertindak sebagai buffer dan sebagai pembersih gigi alami.
Karies gigi dapat dihindari bila asupan gula dikurangi. Glukosa, maltosa, dan fruktosa mempunyai pengaruh yang sama terhadap terjadinya karies gigi. Pati juga dapat menyebabkan produks karang, sebab karbohidrat setelah di[ecah oleh enzim amilase ludah menjadi gula akan diserang oleh bakteri karang igi.
Frekuensi makan gula dan kelengketannya pada gigi ternyata lebih berpengaruh terhadsp terjadinya karies gigi. Penaruh minuman yang manis ternyata tak seberapa. Makanan yang menempel pada gigi misalnya permen , snack malam efektif meningkatkan karies gigi , karena pada waktu tidur aliran ludah menurun sehinga mengurangi mekanisme pembersih gigi secara alami yang membuka kemungkinan lebih untuk terjadinya fermentasi bahan yang dapat menimbulkan karies. Meminum atau memakan makanan yan merubah kemampuan ludah untuk bertindak sebagai buffer seperti susu dan lemak yang embentuk lapisan berminyak diatas permukaan gigi, dapat sedikit melindungi gigi.
Apabila kita melakukan kontrol atas makanan , karies gigi akan lebih mudah dikendalikan. Semakin sedikt memakan makanan yan mengandung sukrosa dan semakin sedikit kemungkinan makanan menempel pada gigi, semakin kecil kemungkinan terjadi karies gigi
Fluor terbukti dapat menurunkan kejadian karies gigi. Fluor mengalangi proses metabolisme gula oleh bakteri , menyebabkan email lebih tahan terhadap asam , dan merangsang mineralisasi gigi. Fluoridasi air minum merupakan pendekatan penting untuk mencegah karies gigi. Fluoridasi air minum diindonesia dilakukan oleh perusahaan air minum ( PAM ) , namun belum dilakukan secara merata. Selain itu untuk mencukupi kebutuhan fluor dianjurkan mengosok gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.
Hasil riset kesehatan dasar 2007 ( depkes RI , 2008 ) menunjukkan prevalensi masalah ii dan mulut penduduk usia kurang dari 1 tahun , usia 1-4 tahun , usia 5-14 tahun secara berturut- turut adalah sebesar 1,1%, 6,9% , dan 21,6%. Karies gigi termasuk dalam asalah kesehatan gigi dan mulut.  


3.      Masalah Gizi pada remaja
Gizi remaja
Masalah kesehatan ramaja boleh jadi berawal pada usia yang sangat dini gejala sisa infeksi dan malnutrisi ketuka kanak-kanak akan menjadi beban pada usia remaja. Cukup banyak masalah yang berdampak negativ  terhadap kesehatan dan gizi remaja di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalah gunaan obat, kecanduan alkohol dan rokok serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja seperti anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekurangan berat badan, dan obesitas. Dinegara yang sedang berkembang ( 10 negara di asia tenggara, termasuk indonesia) mengalami anemia kekurangan zat besi seemntara wanita hamil lebih besar lagi yaitu 55% .
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan seperti yang di tayangkan secara berlebihan. Yang banyak mengsandung gula serta lemak, di samping zat adiktif kmengkonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat kekurangan zat gizi lain. Kebiasaan makan yang di peroleh semasaremaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan dan kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa muda. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengskibatkan pertambahan berat badan seperti obesitas. Obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernapasan dan berbagai gangguan kulit lainya.
Prilaku makan yang tidak sehat di sertai kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan kerusakan gigi dan gusi.
Ada tiga alasan mengapa remaja di kategorikan rentan :
·      Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak.
·      Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyrsuaian masukan energi dan zat gizi.
·      Kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disampng itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan sehingga mengalami obesitas.
Masalah Gizi Utama Gizi remaja yaitu : Kegemaran yang tidak  lazim, lupa makan dan hamil, Remaja belum sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Remaja masih dalam pencarian identitas diri sehinggacepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Hampir 50% remaja ( daniel 1977 ) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja 89% yang menyakini kalau sarapan memang penting. Namun 60% remaja yang makan secara teratur.
Masalah lain yang dapat mempengaruhi gizi ialah anoreksia nerfosa, neorosis vegetatif psikosomatik ( misalnya sakit kepala dan perut ), kelainan haid, penyakit jiwa, dan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti hipertensi, obesitas, dan hiperlipidemia. 
Kebutuhan akan zat gizi
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada recomendet daily allowances ( RDA ). Disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Oleh karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari sejumlah yang di anjuarkan =, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus di nilai secara peroranga, berddasrkan data di peroleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometri, diet serta visikososial.
Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energi ketimbang remaja putri.
·      Pada  usia 16 th Remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 th.
·      Kebutuhan remaja putri memuncak pada usia 12 th ( 2.550 kkal ) dan menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 th.
Perhitungan ini di dasarkan pada stadium perkembangan fisiologis bukan usia kronologis ( wait dkk ). Perkiraan energi untuk remaj putra berusia 11-18 th yaitu 13-23 dkk persenti semantara remaja putri  dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm. Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putra  yaitu 0.29- 0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri  hanya 0.27-0.29 g/cm.  Asupan kalsium yang di anjurkan sebesar 800 mg pra remaja sampai 1.200 mg ( remaja ).
Kehamilan usia remaja
Kehamilan ramaja adalah kehamilan yang berlangsung pada usia 11-18n th, angka kejadian kehamilan pada usia remaj cukup tinggi bahkan cenderung meningkat.Kehamilan remaja terkait erat dengan ketergesaan para belia mempraktekkan hubunga seksual sekitar 1.4 juta remaja wanita yang berusia antar 15-19 th telah melakukan hubungsn seksual yang menyebabkan kehamilan. Sekitar 57% dari kehamilan ini tidak terencana , kemidian di tuntaskan melalui pengguguran sebanyak 40% . Kehamilan yang terjadi pada usia remaja bukan hanya bermasalah kerena kematangan fisikis belum sempuran , tetapi juga karena pendidikan rendah, sosialisasi kurang, konflik dengan keluarga ( termasuk mertua ), kecemasan dan lenyapnya sumber keungan ( terutama mereka yang lari dari rumah ).
Penghitungan kebutuhan Energi
Dalam menentukan besaran kebutuhan akan kalori, penentuan usia ginekologi lebih penting ketimbang usia kronologis. Sebab pertumbuhan linier belum optimal sebelum mencapai usia ginekologi 4-5 th.
Usia ginekologi adalah jumlah tahun yang di habiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama. Penambahan berat badan dari usia ginekologi selama 1-5 th adalah 4.8 kg ( tahun 1), 2.8 kg ( tahun 2 ), 1.0 kg ( tahun 3 ), dan 0.8 kg ( tahun 4-5 ).  Dengan demikian jika seorang wanita baru sakalidatang haid dan kemudian hamil, maka selama kehamilannya dia bukan saja harus menambah berat badan sebanyak 10-12 kg, tetapi harus juga di tambah dengan penambahan berat badan pada usia ginekologi pertama yaitu 3.8 kg ( angka 3.8 diperoleh dari perkalian 9.5 /12 x 4.8 kg. 9.5 adalah masa hamil jika di hitung dengan kelender bulanan dan angka 12 adalah jumlah bulan dalam setahun). 
Perkembangan perilaku makasn sehat semasa  remaja
Berikut anjuran untuk menciptakan kebiasaan pangan yang baik pada remaja:
·      Mendorong para remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru, mengkonsumsi beberapa makananan di pagi hari, makan bersama keluarga, menyeleksi makanan jajanan yang bergizi, dan sesekali ( jika keuangan memungkinkan ), mengundang teman untuk makan malam bersama.
·      Menggariskan tujuan untukn setidaknya sekali dalam sehari membuat waktu makan menjadi saat yang menyenangkan untuk berbagi pengalaman di antara anggotakeluarga.
·      Mengetahui jadwal kegiatan remaja waktu makan ( bersama ) tidak berbenturan dengan kegiatan yang menurut mereka sangat penting.
·      Menyiapkan data dasar tentang pangan dan gizi sehingga remaja dapat memutuskan jenis makanan yang akan di konsumsi berdasarkan informasi tersebut.
·      Memberikan contoh khas tentang cara mempraktekkan pengetahuan tersebut.
·      Memberikan penekanan tentang mamfaat makan yang baik seperti perbaikan vitalitas dan peningkatan ketahanan fisik.
·      Membenarkan pilihan pada makanan cemilan bergizi, dan secara berkesinambungan menjelaskan kekeliruan mereka yang masih memilih makanan tidak bergizi.
·      Menyimpan hanya makanan yang mengandung gizi.
·      Melatih tanggung jawab remaja dalam hal perencanaan makanan, pembelanjaan, pemasakan dan penanaman.






BAB III
Penutup
1.      Kesimpulan
Masalah-masalah gizi pada setiap tahap perkembangan adalah ber-beda. Oleh karena itu, penanganannyapun berbeda pula. Misalnya pada bayi, balita dan remaja dapat dilihat pada uraian materi diatas tentang perbedaannya dalam hal pemenuhan dan penanggulangannya.
2.      Saran
Untuk para pembaca semuanya, karena kami adalah manusia biasa dan tak luput dari salah dan khilaf kami mohon kritik dan saran dari pembaca semuanya untuk kebaikan kita semua pada masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Ø  Almatsier, sunita dkk. 2011.Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan.Jakarta: Gramedia
Ø  Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar