BAB I
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Ciri anak sehat dapat dilihat dari segi fisik dan tingkah
lakunya. Anak yang sehat akan
merasa senang apabila diajak bermain,
periang, mempunyai tubuh yang proporsional, dan penuh dengan semangat. Ia
pintar bersosialisasi dengan yang lain. Kesehatan tubuh anak sangat erat
kaitannya dengan makanan yang
dikonsumsi. Banyaknya zat-zat tidak baik yang masuk ke dalam tubh melalui
makanan sangat mempengaruhi
kesehatan.
Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga pola makan.
Setiap ibu mendambakan
seorang anak yang sehat, namun beberapa dari mereka tidak mengetahui mengenai
gizi-gizi yang harus dipenuhi seorang anak agar dapat berkembang dengan baik.
Mereka hanya menyediakan makanan, yang seharusnya menjadi sumber gizi bagi tubuh,
dengan kurang berhati-hati. Beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya
masalah yang timbul mengenai gizi buruk pada balita adalah faktor ekonomi, lingkungan, dan ketidaktahuan orangtua. Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kubutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati, pemenuhan gizi bagi anak tidaklah mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit. Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak,
sebagai contohnya, seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan, karena melihat teman temannya yang juga sedang jajan sembarangan.
masalah yang timbul mengenai gizi buruk pada balita adalah faktor ekonomi, lingkungan, dan ketidaktahuan orangtua. Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kubutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati, pemenuhan gizi bagi anak tidaklah mahal, terlebih lagi apabila dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di Rumah Sakit. Lingkungan yang kurang baik juga dapat mempengaruhi gizi pada anak,
sebagai contohnya, seringnya anak jajan sembarangan di tepi jalan, karena melihat teman temannya yang juga sedang jajan sembarangan.
Faktor yang paling terlihat
pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi
yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan
makanan yang enak ke[ada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung
gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat
yang mengandung banyak gizi.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Mengidentifikasi
masalah gizi pada bayi
b.
Mengidentifikasi
masalah gizi pada balita
c.
Mengidentifikasi
masalah gizi pada remaja
3.
Tujuan
a.
Mengetahui masalah gizi pada bayi
b.
Mengetahui masalah gizi pada balita
c.
Mengetahui masalah gizi pada remaja
BAB II
Pembahasan
1.
Masalah
Gizi pada Bayi
Gizi Bayi
A.
Pertumbuhan dan perkembangan
Dalam waktu setahun
sesudah kelahiran, bayi normal akan bertambah berat badan sebanyak 3 kali
lipat, sedangkan panjang badanya bertambah sebanyak 50% ( Worthington-Robert
dan williams,2000 ). Jadi bila berat badan lahir 3 kg setelah 1 tahun berat
badanya akan meningkat menjadi 9 kg. Seiring pertambahan berat badan juga
terjadi pertmbahan panjang badan yang semula saat lahir 50 cm akan meningkat
menjadi 75 cm. Makanan bayi dan zat gizi yang di kandungnya mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan perkembangan psikososial. Enam bulan
pertama kehidupan merupakan masa yang kritis untuk pertumbuhan otak yang di
pengaruhi oleh pertumbuhan fisik secara keseluruhan. Tahap pematangan
menentukan bayi untuk menerima makanan dan kemampuan untuk makan secara mandiri.
Pertumbuhan paling
cepat dalam kehidupan terjadi selama 4 bulan pertama sesudah di lahirkan. Masa
empat bulan hingga delapan bulan berikutnya merupakan masa transisi ke pola
pertumbuhanyang lebih lambat. Pada usia delapan bulan tumbuh kembang bayi sama
dengan usia 2 tahun. Penilaian pola tumbuh fisik merupakan cara utama untuk
menetapkan status gizi bayi.
B.
Berat badan dan panjang badan
Berat badan bayi waktu
lahir di tentukan oleh riwayat kesehatan ibu. Berat badan ibu selama hamil dan
penambahan berat badan selama hamil merupakan penentu penting berat badan bayi
pada waktu lahir.
· 4
bulan -> 2 kali berat badan lahir
· 12 bulan -> 3 kali berat badan lahir
Panjang
badan biasanya bertanbah sebesar 50% selama setahun pertama kelahiran. Rata –
rata penambahan panjang badan adalah sebesar 25-35 cm.
C.
Penilaian pertumbuhan
Bayi sehat di harapkan
tumbuh dengan baik pertumbuhan fisik merupakan indikataor status gizi bayi dan
anak. Pertumbuhan bayi hendaknya di pantau secara teratur.
D.
Perubahan pada komposisi tubuh
Selama pertumbuhan
perubahan tidak hanya terjadi pada berat badan dan panjang badan tetapi juga pada komponen-komponen jaringan tubuh. Peningakatan berat dan pamjang badan serta
pematangan rangka tubuh di sertai dengan perubahan dalam komposisi air, massa
tampa lemak, dan massa lemak.
Air tubuh total dalam
persen berat badan berkurang selama masa bayi, kurang lebih 70% waktu lahir
menjadi 60% pada umur satu tahun. Penurunan air tubuh ini seluruhnya terjadi
pada sel-sel ekstraseluler. Pada waktu yang sama air intraseluler meningkat sejalan
dengan kecepatan pertumbuhan masa tubuh tampa lemak menjelang akhir tahun
pertama.
E.
Perubahan pada proporsi tubuh
Peningkatan
berat badan dan panjang badan tubuh disertai dengan perubahan berarti dalam
proporsi tubuh. Proporsi kepala menurun sementar proporsi badan dan kaki
meningkat. Pada waktu lahir berat kepala bayi kurang lebih seperempat berat
badan total, pada waktu pertumbuhsn berhenti ( dewasa ) kepla merupakan
seperdelapan dari panjang badan total. Setelah lahir hingga dewasa panjang kaki
meningkat dari kurang lebih tiga perdelapan panjang tubuh bayi baru lahir
menjadi kurang lebih setengah tinggi badan pada usia dewasa.
F.
Perkembangan psikososial
Agar perkembangan terjadi secara optimal sejak dini bayi
hendaknya di beri makan segera setelah ia menyatakan lapar sehingga ia merasa
bahwa kebutuhanya di penuhi. Kemampuan orang tua untuk mengartikan isyarat dan
menawarkan bebagai pengalaman dalam pemberian makanan, akan menimbulakn
hubungan antara orang tua dan bayi yang sehat. Bayi lahir dengan karektaristik
yang mempengaruhi tabiatanya secara keseluruhan, ada bayi yang mudah
tersinggung dan susah untuk di tenangkan dan ada bayi yang mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Sebaiknya bayi berada dalam keadaan bangun dan tenang
saat di beri makan, karena keadaan tenang dan bangun membantu interaksi antara
orang tua dan bayi selama pemberian makanan. Pengenlan tanda-tanda bayi lapar
dan kenyang merupakan dasar dalam mengembangkan hubungan anatra orang tua dan
bayi yang baik sewaktu pemberian makan.
G.
Pencernaan dan absorpsi
Perkembangan
fisiologis saluaran cerna bayi bergantung pada berbagai faktor. Di dalam rahim
saluran cerna janin berada dalam cairan amnion yang mengandung faktor- faktor
fisiologis aktif, seperti faktor pertumbuhan, enzim-enzim dan imunoglobulin.
ASI mengandung faktor pertumbuhan epiteldan hormion-hormon serta enzim-enzim
cerna yang meningkatkan kemampuan bayi untuk mencerna dan mengabsorpsi makanan.
Hal ini memegang peranan dalam diferensiasi sel-sel mukosa dan perkembangan saluran
cerna, serta dalam kemampuan menelan dan kemampuan usus untuk bergerak.
Pencernaan absorpsi pada bayi baru lahir membutuhkan:
· Proses
mengisap dan menelan yang terkoordinasi
· Pengosongan
lambung
· Daya
gerak usus
· Sekresi-sekresi
ludah, lambung, pankreas dan empedu hati
· Berfungsinya
saluran-saluaran cerna guna mensintesis enzim-enzim, mengabsorpsi zat-zat gizi,
dan melindungi sel-sel mukosa
· Pengeluaran
sisa pencernaan.
Bayi lahir cukup bulan siap untuk mencerna dan
mengasorbsi sejumlah zat-zat gizi yang di butuhkan untuk pertumbuhan normal
yang berasal dari ASI atau susu formula. Kemampuan mencerna seorang bayi
meningkat selama tahun pertama kehidupan.
Pemberian
makanan akan merangsang pengeluaran berbagai jenis hormon yang berkaitan dengan
gerakan dan pengembangan saluran cerna serta fungsi sel-sel pankreas. Lambung
dan usus yang berkembang juga meningkatkan kemampuan bayi untuk menangani
berbagai zat gizi dan tekstur makanan.
v Fungsi
saluran cerna
Gerakan
esofagus pada bayi lebih lambat dari pada bayi dan anak yang lebih besar.
Disamping itu pada bulan-bulan pertama kelahiran, spingter yang memisahkan
esofagus dari lambung berada di atas diafragma dan tekananya lebih kecil. Pada
awal kelahiran, pengosongan lambung lebih lambat dan gerakan usus kurang
teratur. Hal ini sering menyebabkan arus balik, sehingga bayi mudah
menyemburkan makanan dari mulut ( muntah ). Isi lambung yang semula meningkat
sebanyak 10-12 ml, meningkat hingga 200 ml pada usia 12 bulan. Oleh sebab itu,
bayi baru lahir membutuhkan makanan dalam porsi kecil namun sering si butuhkan.
Waktu transit dalam usus lebih lambat
pada bayi di bandingkan pada usia dewasa. Hal ini memungkinkan pencernaan
makanan dan absorpsi zat-zat gizi berjalan dengan baik pada bayi. Bayi
mempunyai resiko yang meningkat untuk mengalami dehidrasi bila sisa makanan
terlalu cepat melalui usus besar, sehingga reabsospsi air dan elektrolit dalam
usus besar berkurang.
v Enzim
Sekresi
enzim memungkinkan bayi mencerna dan mengasorpsi susu dan makanan lain yang di
konsumsinya. Pencernaan dan absorpsi protein terbatas pada bayi yang di
sebabkan oleh beberapa faktor:
· PH
lambung sedikit membatasi pencernaan protein
· Konsentrasi
enzim klimotripsin dan karboksipeptidase dalam usus halus hanya sebanyak 10-60%
orang dewasa. Walaupun terbatas bayi dapat mencerna cukup protein yang berasal
dari ASI atau susu formula.
Aktivitas
lipase pankreas rendah pada bayi baru lahir. Hal dapat di atasi oleh lipase
yang berasal dari ASI, lidah ( lingual lipase ) dan lambung. Lemak berasal dari
ASI lebih mudah di absorpsi dari pada susu formula. Hal ini di sebabkan ASI dan
kolostrum mengandung enzim lipasse yang pengeluaranya di rangsang oleh cairan
empedu. Karbohidrat dapat di gunakan dengan baik oleh bayi. Aktivitas
enzim-emzim maltase, isomaltase, dan sukrase mencapai tingakat aktifitas orang
dewasa pada saat janin berusia 28 hingga 30 minggu. Laktase pada janin berusia
28 minggu masih rendah, Namun meningkat mendekati kelahiran. Amilase pankreas
rendah atau sama sekali tidak ada hingga bayi berumur empat bulan. Amilase
ludah yang terdapat dalam jumlah sedikit pada waktu lahir meningkat himngga
tingkat orang dewasa sewaktu bayi berusia enam bulanhingga satu tahun.
Kehadiran enzim-emzim glukosidase dan glukoamilase dalam sel-sel dinding usus
halus ( brus border), memberi kemampuan pada bayi untuk mencerna pati dalam
jumlah terbatas.
v Fungsi
Ginjal
Bayi
yang baru lahir mempunyai ginjal yang belum bekerja dengan sempurna.
Kemampuannya untuk memelihara keseimbangan air dan elektrolit hany berkisar
pada batas asupan luaran dan masukan yang kecil.
Perkembangan
fungsional nefron baru sempurana pada usia satu bulan, pada usia kurang lebih
lima bulan. Kelenjar pituitari hanya mengeluarkan hormin antidieuretik ( ADH )
vasopresin dalam jumlah terbata, yang biasnya menghalangi diuresis.
Faktor-faktor ini membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengentalkan urine
dan untuk menghdapi stress cairan dan elektrolit yang di sebabkan oleh formula
yang banyak mengandung elektrolit, asupan cairan yang terbatas dan diare.
H.
Angka kecukupan Gizi Bayi
Perkiraan
kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi di lakukan dari pencatatan asupan bayi
yang tumbuh normal dari kandungan zat gizi ASI. Karena pertumbuhan bayi menurun
selama bagian akhir tahun pertama setelah lahir, ( AKG ) untuk bayi ditetapkan
untuk dua periode enam bulan dari lahir hingga enam bulan dari tujuh bulan
hingga sebelas bulan. AKG (2004) bayi 0-6 bulan dan 7-11 bulan.
Tabel
Angka Kecukupan Gzi
Zat Gizi
|
Umur
|
|
0-6 Bulan
|
7-11 Bulan
|
|
Energi (kkal)
|
550
|
650
|
Protein (gram)
|
10
|
16
|
Vitamin A (RE)
|
375
|
400
|
Vitamin D (µg)
|
5
|
5
|
Vitamin E (mg)
|
4
|
5
|
Vitamin k (mg)
|
5
|
10
|
Tiamin (mg)
|
0,3
|
0,4
|
Riboflavin
(mg)
|
0,3
|
0,4
|
Niasin (mg)
|
2
|
4
|
Asam folat
(µg)
|
65
|
80
|
Piridoksin
(mg)
|
0,1
|
0,3
|
Vitamin B12
(µg)
|
0,4
|
0,5
|
Vitamin C (mg)
|
40
|
40
|
Kalsium (mg)
|
200
|
400
|
Fosfor (mg)
|
100
|
225
|
Besi (mg)
|
0,5
|
7
|
Yodium (µg)
|
90
|
120
|
Seng (mg)
|
1,3
|
7,9
|
Selenium (µg)
|
5
|
10
|
Mangan (mg)
|
0,003
|
0,6
|
Fluor (mg)
|
0,01
|
0,4
|
Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar ( RisKesDas) tahun 2007 (balitbangkes, Depkes RI,
2008), masalah gizi bayi di Indonesia cukup berarti, baik gizi buruk, gizi
kurang maupun gizi lebih. Angka kematian bayi sejak lahir hingga usia ! tahun pada
tahun 2007 tercatat sebanyak 84 dari 1000 kelahiran hidup ( Ministry of Health
RI, 2009). Tiga besar penyebab kematian pada bayi berumur 29 hari sampai 11
bulan adalah diare, pneumonia dan meningitis/ensefalitis dengan proporsi secara
berurut sebesar 31,4%, 23,4% dan 9,3%.
Persentasi
bayi menurut status gizi (BB/U) dapat dilihat dalam tabel
Kelompok
umur (bulan)
|
Kategori
status gizi
|
|||
Gizi
buruk
|
Gizi
kurang
|
Gizi
baik
|
Gizi
lebih
|
|
0-5
|
6,5
|
8,2
|
76,7
|
8,7
|
6-11
|
4,8
|
8,1
|
82,2
|
4,9
|
2.
Masalah
Gizi pada Balita
Kelompok
anak menurut usia di bagi dalam tiga golongan yaitu usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-3 tahun dan
4-6 tahun di sebut sebagai usia
pra-sekolah, sedangkan usia 7-9 tahun sebagai usia sekolah. Laju pertumbuhan
pada ketiga kelompok anak ini menurun di bandingkan dengan laju
pertumbuhan-cepat pada waktu bayi. Selama masa ini, anak memperoleh ketrampilan
yang memungkinkannya untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan
makannya sendiri. Perkembangan ketrampilan otot membuat aktifitas fisiknya
meningkat.
Anak
usia pra-sekolah belajar mengontrol fungsi tubuh, berinteraksi dengan
lingkungan, dan berperilaku dengan cara yang
dapat di terima oleh lingkungan secara umum. Anak usia sekolah berusaha
mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai-nilai pribadi. Perbadaan-perbedaan
antar anak antara lain: tampak apda kecepatan tumbuh, pola actifitas, kebutuhan
gizi, perkembangan kepribadian, dan asupan makanan.
Kebutuhan
gizi antar anak berbeda, hal ini di pengaruhi oleh ukuran dan komposisi tubuh,pola
aktifitas dan kecepatan tumbuh.
Masalah
gizi dan masalah kesehatan anak
Masalah
gizi dan kesehatan anak umumnya adalah gizi buruk, gizi kurang, gizi lebih,
masalah pendek, anemia kekurangan besi, dan karies gigi. Kurang vitamin A ( KVA
), dan gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY ) juga masih merupakan masalah
gizi pada anak-anak di indonesia. Banyaknya pengunaan bahan tanbahan makanan (
food addtive) seperti penambah rasa, zet pengawet, pewarna, dan pemanis perlu
di waspadai karena sering di gunakan melebihi batas aman atau menggunaka bahan
yang berbahaya untuk kesehatan. Bahan berbahay yang tidak di izinkan berupa
bahan pewarna, misalnya rodamin yang sering di gunakan untuk pewarna makanan
dan minuman, formalin untuk pengawet ikan, ayam dan tahu,serta boraks untuk
mengenyalkan bakso.
Gizi
Kurang, Gizi buruk dan gizi lebih
Status
gizi anak usia balita di ukur berdasarkan umur (U), barat badan (BB), tinggi
badan (TB). Prevalensi gizi buruk, gizi kurang dan gizi lebih yang di dasarkan
pada indikator menurut umur (BB/U). Pada
balita dari tahun 1990 hingga tahun 2003. berdasarkan hasil survei susenas dari
tahun 1998 hingga tahun 2000, ada penurunan prevalensi gizi buruk dari 10,1 %
menjadi 7,53% dan gizi buruk dari 19,00 % menjadi 17, 13 %. Namun dari tahun
2001 hingga tahun 2005, prevalensi izi kurang, gizi buruk meningkat, prevalensi
gizi buruk yang pada tahun 2001 adalah
6,30% meningkat menjadi 8,81% pada tahun 2005, sedangkan prevalensi gizi kurang
meningkat dari 19,80% menjadi 28,00%. Angka-angka ini menurun pada tahun 2007
(depkes RI, 2008), yaitu prevalensi gizi kurang 13,00%, dan gizi buruk 5,40%.
Pada tahun 2010 , prevalensi gizi kurang
tetap ( 13,00%) sedangka gizi buruk turun menjadi 4,90%. Prevalensi gizi
lebih pada balita di thun 2007 adalah 4,30% yang naik dari tahun 2003 yang
besarnya adalah 2,24%. Pada tahun 2010 prevalensi gizi lebih naik menjadi 5,80%
. indikator BB/U memberikan ganbaran tentang status gizi yang sifatnya umum dan
tidak spesifik.
Sedangkan status gizi balita berdasarkan indikator TB/
U menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis, yang merupakan akibat keadaan
kekurangan gizi dalam jangka waktu panjang misalnya karena kemiskinan, pola
asuh yang tidak tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang. Indikator
TB/U di nyatakan dalam tinggi badan normal, pendek dan sangat pendek. Balita
yang termasuk kategori sangat pendek (
stunting) pada tahun 2010 sebanyak 18,5% dan yang pendek 17,1% . apabila status
pendek dan sangat pendek di gabung menjadi satu kategori masalah pendek,
angkanya menjadi 35,6%, sehingga merupakan masalah nasional yang serius
(kempkes RI, 2010).
Indikator
lain yang di gunakan untuk menilai status gizi balita adalah BB/TB, yang
menggambarakan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung dalam jangka waktu pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat
sakit atau karena menderita diare. Indikator BB/TB di gunakan untuk menyatakan
kurus , sangat kurus dan gemuk. Menurut riskesdas 2010 ( kemkes RI, 2010),
prevalensi sangat kurus (wasting-kritis) pada balita pada tahun 2010 adalah
6,0% dan prevalensi kurus (wasting-serius)adalah 7,3%, sedangkan prevalensi
kegemukan adalah 14,0%. Status gizi anak (umur 6-12 tahun). Dengan prevalensi
kurus pada anak laki-laki adalah 13,2%, sedangkan pada anak perempuan adalah
11,2%. Sedangkan prevalensi berat badan lebih gemuk adalah 10.7% pada anak
laki-laki dan 7,7% pada anak perempuan.
Anemia
gizi besi
Hingga
saat ini belum ada data tentang prevalensi anemia gizi besi pada anak secara nasional.
Data yang ada adalah prevalensi anemia secara umum. Hasil riset kesehatan dasar
2007 ( depkes RI, 2008) menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia 1-4 tahun
adalah sebesar 27,7% dan pada anak usia 5-14 tahun sebesar 9,4%. Sebanyak 70,1%
anemia pada anak usai 1-14 tahun adalah anemia jenis mikrositik hipokromik.
Anemia mikrositik hipokronik di sebabkan kekurangan besi, penyakit kronis
tingkat lanjut atau keracunan timbal.
Kurang
vitamin A dan kurang yodium
Masalah
gizi lain dindonesia menurut direktorat bina gizi masyarakat depkes RI ( 2006 )
adalah kurang vitamin A dan gangguan akibat yodium. Diantara 18 juta balita ,
sebanyak 10 juta penderita kuramg vitamin A subklinis. Sementara itu diatara 31
juta anak sekolah 3,4 juta berisiko menderita GAKY.
Balita
dengan KVA berisiko tinggi untuk
mengalami gangguan pada mata yang pada tingkat berat disebut xeropthalmia,
gangguan pertumbuhan , kulit menjadi kering Dan kasar, serta menurunnya tingkat
kekebalan tubuh, sehinga mudah terserang infeksi. Untuk menanggulangi masalah
KVA pemerintah memberikan kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 2 kali
setahun. Sebanyak 71,5% anak usia 0-59 bulan menerima kapsul vitamin A.
Sedangkan
untuk menanggulangi GAKY , pemerintah melakukan program iodisasi garam. Rumah
tangga yang menggunakan garam cukup yodium( besar dari 30 ppm KIO3 ) ternyata
baru 62,3%. Pencapaian ini masih jauh dari target nasional tahun 2010 yaitu
minimal 90% rumah tanga menggunakan garam cukup yodium ( depkes RI , 2008 ).
Karies
Gigi
Karies
gigi merupakan penyakit yang biasa ditemui pada anak –anak semua umur dengan
berbagai tingkat ekonomi. Data tentang prevalensi karies gigi diindonesia belum
tersedia. Seperti halnya dengan jaringan tubuh lain , gizi memegabg peranan
penting falam pembentukan dan perkembangan gigi dan jaringan disekitarnya , dan
mudah tidaknya terserang karies gigi. Susunan makanan ,kehadiran bakteri yang
menghasilkan asam , dan kemampuan air ludah untuk bertindak sebagai buffer
salimg berpengaruh dalam mengontrol atau menimbulkan karies gigi. Berbeda
dengan tulang panjang yang senantiasa dalam keadaan membentuk dan memperbaiki ,
gigi tidak dapat memperbaiki diri sendiri. Begitu terjadi, ,erusakan gigi tidak
dapat diperbaiki.
Karies
gigi terutama disebabkan oleh terbentuknya karang gigi. Karang gigi digambarkan
sebagai campuran lengket seperti agar yang menandung air, protein ludah ,
jaringan epitel dari mukosa mulut yang lepas dan bakteri. Bakteri karang gigi
menggunakan energi yang diperoleh dari katabolisme karbojidrat untuk mensitesis
berbagai zat beracun , termasuk enzim- enzim yang mempunyai kemampuan memecah
email dan dentin dan merupakan prekursor produk- produk permentasi yang
bersifat asam. Asam – asam dan enzim - enzim ini menyebabkan demineralisasi
hidroksiapatit email gigi , yang diikuti oleh dekradasi proteolitik dan
demiralisasi email dan dentin. Bakteri utama yang menyebabkan karang gigi
adalah streptococcus mutans.
Email
dalah bagian gigi yang keras berwarna putih yang menutupi dentin gigi. Dentin
merupakan bagian utama gigi yang terdapat didalam email, yang lebih keras dan
lebih padat dari tulang. Apabila suasana asam ( ph ) disekitarnya
turun dibawah 5,5, bakteri menyerang gigi sehingga menjadi karies. Air ludah
dengan ph antara 6,5-7 bertindak sebagai buffer dan sebagai pembersih gigi
alami.
Karies
gigi dapat dihindari bila asupan gula dikurangi. Glukosa, maltosa, dan fruktosa
mempunyai pengaruh yang sama terhadap terjadinya karies gigi. Pati juga dapat
menyebabkan produks karang, sebab karbohidrat setelah di[ecah oleh enzim
amilase ludah menjadi gula akan diserang oleh bakteri karang igi.
Frekuensi
makan gula dan kelengketannya pada gigi ternyata lebih berpengaruh terhadsp
terjadinya karies gigi. Penaruh minuman yang manis ternyata tak seberapa. Makanan
yang menempel pada gigi misalnya permen , snack malam efektif meningkatkan
karies gigi , karena pada waktu tidur aliran ludah menurun sehinga mengurangi
mekanisme pembersih gigi secara alami yang membuka kemungkinan lebih untuk
terjadinya fermentasi bahan yang dapat menimbulkan karies. Meminum atau memakan
makanan yan merubah kemampuan ludah untuk bertindak sebagai buffer seperti susu
dan lemak yang embentuk lapisan berminyak diatas permukaan gigi, dapat sedikit
melindungi gigi.
Apabila
kita melakukan kontrol atas makanan , karies gigi akan lebih mudah
dikendalikan. Semakin sedikt memakan makanan yan mengandung sukrosa dan semakin
sedikit kemungkinan makanan menempel pada gigi, semakin kecil kemungkinan
terjadi karies gigi
Fluor
terbukti dapat menurunkan kejadian karies gigi. Fluor mengalangi proses
metabolisme gula oleh bakteri , menyebabkan email lebih tahan terhadap asam ,
dan merangsang mineralisasi gigi. Fluoridasi air minum merupakan pendekatan
penting untuk mencegah karies gigi. Fluoridasi air minum diindonesia dilakukan
oleh perusahaan air minum ( PAM ) , namun belum dilakukan secara merata. Selain
itu untuk mencukupi kebutuhan fluor dianjurkan mengosok gigi dua kali sehari
dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.
Hasil
riset kesehatan dasar 2007 ( depkes RI , 2008 ) menunjukkan prevalensi masalah
ii dan mulut penduduk usia kurang dari 1 tahun , usia 1-4 tahun , usia 5-14
tahun secara berturut- turut adalah sebesar 1,1%, 6,9% , dan 21,6%. Karies gigi
termasuk dalam asalah kesehatan gigi dan mulut.
3.
Masalah
Gizi pada remaja
Gizi remaja
Masalah
kesehatan ramaja boleh jadi berawal pada usia yang sangat dini gejala sisa
infeksi dan malnutrisi ketuka kanak-kanak akan menjadi beban pada usia remaja.
Cukup banyak masalah yang berdampak negativ
terhadap kesehatan dan gizi remaja di samping penyakit atau kondisi yang
terbawa sejak lahir, penyalah gunaan obat, kecanduan alkohol dan rokok serta
hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam
beberapa hal masalah gizi remaja seperti anemia defisiensi besi, kelebihan dan
kekurangan berat badan, dan obesitas. Dinegara yang sedang berkembang ( 10
negara di asia tenggara, termasuk indonesia) mengalami anemia kekurangan zat
besi seemntara wanita hamil lebih besar lagi yaitu 55% .
Salah
satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan
seperti yang di tayangkan secara berlebihan. Yang banyak mengsandung gula serta
lemak, di samping zat adiktif kmengkonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan
dapat kekurangan zat gizi lain. Kebiasaan makan yang di peroleh semasaremaja
akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa
dan berusia lanjut. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan
dan kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang pada usia remaja dan dewasa
muda. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengskibatkan
pertambahan berat badan seperti obesitas. Obesitas itu sendiri merupakan salah
satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardovaskuler,
diabetes melitus, artritis, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker,
gangguan fungsi pernapasan dan berbagai gangguan kulit lainya.
Prilaku
makan yang tidak sehat di sertai kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan gusi.
Ada
tiga alasan mengapa remaja di kategorikan rentan :
· Percepatan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih
banyak.
· Perubahan
gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyrsuaian masukan energi dan zat gizi.
· Kehamilan,
keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan
kebutuhan energi dan zat gizi, disampng itu tidak sedikit remaja yang makan
secara berlebihan sehingga mengalami obesitas.
Masalah
Gizi Utama Gizi remaja yaitu : Kegemaran yang tidak lazim, lupa makan dan hamil, Remaja belum
sepenuhnya matang baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Remaja masih
dalam pencarian identitas diri sehinggacepat sekali terpengaruh oleh lingkungan.
Hampir
50% remaja ( daniel 1977 ) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.
Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja 89% yang menyakini kalau
sarapan memang penting. Namun 60% remaja yang makan secara teratur.
Masalah
lain yang dapat mempengaruhi gizi ialah anoreksia nerfosa, neorosis vegetatif
psikosomatik ( misalnya sakit kepala dan perut ), kelainan haid, penyakit jiwa,
dan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup seperti hipertensi, obesitas,
dan hiperlipidemia.
Kebutuhan
akan zat gizi
Penentuan
kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada recomendet daily
allowances ( RDA ). Disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan
kematangan. Oleh karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari sejumlah
yang di anjuarkan =, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi
remaja harus di nilai secara peroranga, berddasrkan data di peroleh dari
pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometri, diet serta visikososial.
Secara
garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energi ketimbang remaja
putri.
· Pada usia 16 th Remaja putra membutuhkan sekitar
3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 th.
· Kebutuhan
remaja putri memuncak pada usia 12 th ( 2.550 kkal ) dan menurun menjadi 2.200
kkal pada usia 18 th.
Perhitungan
ini di dasarkan pada stadium perkembangan fisiologis bukan usia kronologis (
wait dkk ). Perkiraan energi untuk remaj putra berusia 11-18 th yaitu 13-23 dkk
persenti semantara remaja putri dengan
usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm. Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein
berkaitan dengan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja
putra yaitu 0.29- 0.32 g/cm tinggi
badan. Sementara remaja putri hanya
0.27-0.29 g/cm. Asupan kalsium yang di
anjurkan sebesar 800 mg pra remaja sampai 1.200 mg ( remaja ).
Kehamilan
usia remaja
Kehamilan
ramaja adalah kehamilan yang berlangsung pada usia 11-18n th, angka kejadian
kehamilan pada usia remaj cukup tinggi bahkan cenderung meningkat.Kehamilan
remaja terkait erat dengan ketergesaan para belia mempraktekkan hubunga seksual
sekitar 1.4 juta remaja wanita yang berusia antar 15-19 th telah melakukan
hubungsn seksual yang menyebabkan kehamilan. Sekitar 57% dari kehamilan ini
tidak terencana , kemidian di tuntaskan melalui pengguguran sebanyak 40% .
Kehamilan yang terjadi pada usia remaja bukan hanya bermasalah kerena
kematangan fisikis belum sempuran , tetapi juga karena pendidikan rendah,
sosialisasi kurang, konflik dengan keluarga ( termasuk mertua ), kecemasan dan
lenyapnya sumber keungan ( terutama mereka yang lari dari rumah ).
Penghitungan
kebutuhan Energi
Dalam
menentukan besaran kebutuhan akan kalori, penentuan usia ginekologi lebih
penting ketimbang usia kronologis. Sebab pertumbuhan linier belum optimal
sebelum mencapai usia ginekologi 4-5 th.
Usia
ginekologi adalah jumlah tahun yang di habiskan setelah seorang wanita
mengalami menstruasi pertama. Penambahan berat badan dari usia ginekologi
selama 1-5 th adalah 4.8 kg ( tahun 1), 2.8 kg ( tahun 2 ), 1.0 kg ( tahun 3 ),
dan 0.8 kg ( tahun 4-5 ). Dengan
demikian jika seorang wanita baru sakalidatang haid dan kemudian hamil, maka
selama kehamilannya dia bukan saja harus menambah berat badan sebanyak 10-12
kg, tetapi harus juga di tambah dengan penambahan berat badan pada usia ginekologi
pertama yaitu 3.8 kg ( angka 3.8 diperoleh dari perkalian 9.5 /12 x 4.8 kg. 9.5
adalah masa hamil jika di hitung dengan kelender bulanan dan angka 12 adalah
jumlah bulan dalam setahun).
Perkembangan
perilaku makasn sehat semasa remaja
Berikut
anjuran untuk menciptakan kebiasaan pangan yang baik pada remaja:
· Mendorong
para remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru, mengkonsumsi
beberapa makananan di pagi hari, makan bersama keluarga, menyeleksi makanan
jajanan yang bergizi, dan sesekali ( jika keuangan memungkinkan ), mengundang
teman untuk makan malam bersama.
· Menggariskan
tujuan untukn setidaknya sekali dalam sehari membuat waktu makan menjadi saat
yang menyenangkan untuk berbagi pengalaman di antara anggotakeluarga.
· Mengetahui
jadwal kegiatan remaja waktu makan ( bersama ) tidak berbenturan dengan
kegiatan yang menurut mereka sangat penting.
· Menyiapkan
data dasar tentang pangan dan gizi sehingga remaja dapat memutuskan jenis
makanan yang akan di konsumsi berdasarkan informasi tersebut.
· Memberikan
contoh khas tentang cara mempraktekkan pengetahuan tersebut.
· Memberikan
penekanan tentang mamfaat makan yang baik seperti perbaikan vitalitas dan
peningkatan ketahanan fisik.
· Membenarkan
pilihan pada makanan cemilan bergizi, dan secara berkesinambungan menjelaskan
kekeliruan mereka yang masih memilih makanan tidak bergizi.
· Menyimpan
hanya makanan yang mengandung gizi.
· Melatih
tanggung jawab remaja dalam hal perencanaan makanan, pembelanjaan, pemasakan
dan penanaman.
BAB III
Penutup
1.
Kesimpulan
Masalah-masalah
gizi pada setiap tahap perkembangan adalah ber-beda. Oleh karena itu,
penanganannyapun berbeda pula. Misalnya pada bayi, balita dan remaja dapat
dilihat pada uraian materi diatas tentang perbedaannya dalam hal pemenuhan dan
penanggulangannya.
2.
Saran
Untuk
para pembaca semuanya, karena kami adalah manusia biasa dan tak luput dari
salah dan khilaf kami mohon kritik dan saran dari pembaca semuanya untuk
kebaikan kita semua pada masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Almatsier,
sunita dkk. 2011.Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan.Jakarta: Gramedia
Ø Arisman.
2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar